Sunday, September 28, 2014

Menari di rimba beton

MENARI DI ANTARA PENCAKAR LANGIT DAN RIMBA BETON Melakukan manuver ekstrim dan berbahaya bukanlah sesuatu hal yang baru bagi tim aerobatik sekelas The Jupiters. Tim aerobatik kebanggaan rakyat Indonesia yang merupakan "The Ambassador In the Sky" dari Republik ini telah melanglang buana ke beberapa negara mancanegara dalam rangka menunjukkan kemampuannya melaksanakan berbagai macam manuver aerobatik yang sangat berbahaya namun sangat menawan hati. Beberapa negara tetangga yang pernah disinggahi tim aerobatik ini diantaranya negeri gajah putih Thailand, negeri jiran Malaysia, Brunei Darussalam dan yang terakhir adalah Singapura. Namun saratnya pengalaman melaksanakan display aerobatik di berbagai tempat tersebut tidak dapat mengurangi rasa gentar saat tim ini dihadapkan pada medan dan area display yang jauh berbeda dengan medan-medan sebelumnya. Kali ini para instruktur penerbang Lanud Adisutjipto tersebut harus menaklukkan pencakar - pencakar langit Jakarta. Tak ubahnya rimba beton, gedung- gedung pencakar langit Jakarta siap menjadi perangkap pembunuh yang paling ampuh apabila display dan manuver aerobatik dilaksanakan dengan asal-asalan tanpa perhitungan yang matang. Tepat pada pukul 07.30 tanggal 31 Agustus 2014 yang lalu, The Jupiters menggebrak Jakarta dan menari di atas Monumen Nasional Indonesia Jakarta selama delapan belas menit menghibur warga Jakarta yang datang untuk memeriahkan acara Independence Day Run 2014. Seperti biasanya The Jupiters sukses menghipnotis warga Jakarta dengan manuver-manuver cantik dan berbahayanya. Dari puluhan ribu warga Jakarta yang hadir pada saat itu sebagian besar kemungkinan belum pernah menyaksikan display The Jupiters karena memang tim aerobatik ini sebagian besar melaksanakan displaynya di Pangkalan-Pangkalan TNI AU yang akses masuknya terbatas. Bagi yang pertama kali menyaksikan tentu saja pertunjukan ini menjadi sesuatu hal yang sangat luat biasa sekali. Mereka yang biasanya hanya melihat pesawat terbang datar dan lurus menjadi ternganga karena pesawat KT 1 B Woong Bee yang dipiloti para Jupiters ini mampu terbang menanjak, terbalik dan meliuk-liuk bak penari ular, tidak hanya sendiri namun secara bersama-sama enam pesawat sekaligus. Penampilan yang sangat luar biasa dari The Jupiters ini bukanlah tanpa perjuangan dan latihan keras. Menyadari bahwa area display kali ini bukanlah medan datar yang luas seperti area-area display sebelumnya, The Jupiters melaksanakan penerbangan survey pada hari pertama latihan di Monas. Survey atau yang lebih dikenal dengan penerbangan "Familiarization Flight" dilakukan dengan menerbangkan tiga pesawat KT 1 B yang diawaki oleh enam pilot "The Jupiters" saat ini yakni Letkol Pnb Feri "Mirage" Yunaldi sebagai leader, Kapten Pnb Idham "Godham" Satria sebagai right wingman, Kapten Pnb Made "Raider" Yogi sebagai left wingman, Mayor Pnb Ari "herky" Susiono pada posisi slot, Mayor Pnb Sri "Martin" Rahardjo sebagai lead synchro serta Mayor Pnb Romas "Condor" yang saat ini terbang sebagai Synchro. Saat sampai di Monas untuk pertama kalinya, darah berdesir ke seluruh tubuh para Jupiters menyaksikan gedung - gedung pencakar langit di sekitar Monas yang berdiri tegak membisu menyambut kedatangan "The Jupiters". Obstacle lain yang tidak kalah berbahayanya adalah antena -antena tinggi yang terpancang kokoh diatas gedung -gedung tersebut, cuaca haze yakni kabut tipis yang dikarenakan polisi udara Jakarta mengurangi jarak pandang pilot terhadap obstacle - obstacle tersebut. Sedikit kelengahan dapat berakibat sangat fatal, pesawat bisa menabrak gedung ataupun antenna yang ketinggiannya sangat bervariasi. Oleh karena itu Familiarization Flight menjadi sesuatu hal yang sangat penting bagi The Jupiters. Setelah terbang berputar-putar selama kurang lebih 30 menit di atas Monas san sekitarnya, "Mirage"" sang leader menentukan ketinggian minimum saat melaksanakan seluruh manuver adalah 1200 ft. Altitude ini lebih tinggi dari altitude display biasanya, namun semua beban tanggung jawab pelaksanaan display ada di pundak sang leader. Leader dalam hal ini harus mampu melaksanakan "Risk Assessement" yakni mengkalkulasi resiko yang dihadapi dibandingkan dengan kemampuan pilot, pesawat dan kondisi cuaca pada area display. Berdasarkan Risk Assessement itulah maka leader memutuskan altitude minimum saat display di Monas adalah 1200 ft.
Alah bisa karena biasa, semakin sering sesuatu dilakukan maka semakin "confident" atau percaya diri orang yang melakukannya. Begitu pula dengan The Jupiters, latihan yang dilaksanakan setiap hari di atas Monas semakin menambah kepercayaan diri dari seriap pilot Jupiters, para member semakin hafal "contour" dan "obstacle" di sekitar monas sehingga rasa gentar yang dirasakan saat pertama kalinya bermanuver di dalam rimba beton berangsur-angsur sirna seiring dengan bertambahnya waktu. Kepercayaan diri yang tinggi ini terlihat pada penampilan "The Jupiters" di hari H. Dengan dipandu jupiter 7 Kapten Pnb Anwar "Weasell" Sovie display The Ambassador in the sky pada hari itu sukses luar biasa. The Jupiters mendapatkan sambutan yang sangat positif dari warga Jakarta yang menyaksikan secara langsung dari Monas maupun rakyat Indonesia yang hanya bisa menyaksikan melalui layar kaca. Bahkan, sehari setelah display seluruh anggota tim dipanggil untuk menghadap langsung kepada Panglima TNi Jenderal TNI Moeldoko untuk menerima apresiasi atas prestasi yang telah ditorehkan selama ini. Panglima TNI merasa terpanggil untuk memberikan apresiasi karena tim aerobatik Indonesia ini telah beberapa kali tampil di luar negeri san mendapatkan sambutan positif dari para panglima tentara negara sahabat. Pada display di Monas ini, selain tim inti Jupiters, turut serta pula Komandan Lanud Adisutjipto Marsma TNI Agus Munandar, Komandan Wingdik Terbang Kolonel Pnb Ign. Wahyu Anggono, serta beberapa instruktur penerbang sebagai backseater, safety officer dan duty VCP. Kerjasama tim yang kompal dan harmonis mampu menghantarkan The Jupiters menaklukkan pencakar langit dan Rimba beton Jakarta. Pengalaman berharga ino semakin mematangkan skill dari Instruktur- instrukrur kebanggaan TNI Angkatan Udara ini.

Ferry Flight to Juanda Airport of Surabaya

Today has become a great history for The Jupiter since we had an extraordinary formation flight that consist of 34 ships. The purpose of this ferry flight is to bring all the serviceable aircrafts to Juanda airport of Surabaya for commemorating the 69th Indonesian Military anniversary. The formation was devided into several flights such as Woong Bee, Jupiter, Charlie, Mentor, Delta as well as Bravo and Condor Flight. These set up based on safety requirement for navigation flying. Due to safety reason, it is easier to handle emergency situation whether an actual emergency related to the technical problem or bad weather. Today we had a small problem,Jupiter 3 piloted by Made "Yogi" Raider had an oil pressure problem, the oil pressure fluctuated from red bar to yellow bar. He decided to land right after realizing the problem. Jupiter 6, Major Romas "condor" as KT-1 test pilot assisted Jupiter 3 to land at Adisutjipto AFB. It took about an hour to fix the problem. At 10.30 the problem was recovered and those two aircrafts continue flying to Surabaya.

Wednesday, September 10, 2014

LIMA 2013


    Sebagai salah satu team yang mulai diperhitungkan dalam dunia aerobatic, The Jupiters diundang secara resmi oleh pemerintah Malaysia untuk memeriahkan salah satu event bergengsi di Malysia yakni LIMA 2013 (Langkawi International Maritime and Aerospace Exhibition) yang diselenggarakan mulai tanggal 26 Maret - 30 Maret 2013 di Pulau Langkawi Malaysia.
     Pada tanggal 26 Maret pukul 08.00 pagi waktu Langkawi, dilaksanakan acara pembukaan yang dihadiri oleh para menteri pertahanan dan petinggi militer dari berbagai negara peserta exhibition.  Pada kesempatan tersebut nampak hadir Bapak menteri Pertahanan Republik Indonesia, Purnomo Yusgiantoro yang beberapa hari sebelumnya melepas tim Jupiter di Lanud Halim Perdanakusuma.  Tak ketinggalan pula KSAU Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia beserta staf.
        Event LIMA 2013 ini menampilkan beberapa display baik statik maupun dinamik.    Dynamic display yang ditampilkan pada event bergengsi Asia Tenggara ini antara lain berasal dari Lokal Malaysia seperti Smokey Bandit Mig 29, Solo manouver SU 30 MKM, dan tentu saja tak ketinggalan  tim aerobatik sipil teranyar mereka Keris Sakti yang diterbangkan oleh exs Pilot MIG RMAF.   Sedangkan peserta tamu dari Luar adalah Jupiter Aerobatic Team Indonesia, Solo aerobatik Gripen Royal Thai Air Force,   Solo aerobatik RAF Eurofighter Typhoon, solo aerobatik France Air Force dengan Rafale Dassault-nya, US Air Force dengan C-17 Globe Master-nya.