Monday, December 29, 2014
The Jupiters 2015
The upcoming year would be delightful to the Jupiter Aerobatic Team since it has replaced some of its pilots. The changeable of current Indonesian Airforce aerobatic team members is common as the pilots enter and leave the unit anually for promotion procces. Some pilots are going back to their previous squadron and some others go for studying. The new members bring new and different environtment to the team. For 2015 season, The Jupiters is still led by Ltcl Feri Yunaldi as Jupiter One. Ltcl Feri has already been leading this squadron for almost two years. He has shown an excellent performance during his tenure. Some awesome displays were succesfully conducted in the past two years including two international exhibitions, Singapore Air Show and BRIDEX. Next year in March The Jupiter is scheduled to perform at LIMA 2015 in Langkawi, Malaysia.
jupiter 2 is replaced by Captain Idham "Godham" Satria. The previous pilot, Captain Riphdo "Mohawk" went back to his previous squadron as a fighter pilot at 12th Squadron in Pakanbaru. Captain Godham also was originally Hawk pilot from 12th Squadron as well. He is now following his senior as Jupiter two.
Captain Made Yogi "Raider" was chosen to replace the previous Jupiter Three, Captain Apri "Cheetah" who is now coming back to 14th Squadron as a flight commander. He is going to fly F-5 Tiger or hopefully Sukhoi 35. Captain Raider was 12th Squadron pilot who flew British Hawk for almost 1000 flying hours.
Acting as Jupiter 4 is Major Putu "Colibri" Sucahyadi. Major Colibri is the first chopper pilot who fly as Jupiter Aerobatic Team member. This experienced instructor has thousands teaching hours at Indonesian Air force flying school. Before teaching at Indonesian Air force Flying School, he was serving as chopper pilot at 7th squadron for almost 8 years.
Jupiter 5 is still hold by Major Sri "Martin" Raharjo. The pilot who is originally coming from central Java of Sragen already in team for more than three years and he is expected to be the next The Jupiters's leader.
Jupiter 6 now is flown by Major Romas 'Condor" who previously flew as jupiter 3 and 4. He replaced Major Macell "Liger" who is currently studying at China Air Command and Staff College in Beijing.
Under the supervision of our new Air force base commander, AFM Yadi "Goshawk" I. Sutanandika who was one of the initiator of The Jupiters, we hope The Jupiters can do better performance in the upcoming years. Other than as an initiator, AFM Yadi also was member of previous Indonesian Air force aerobatic team, The Jupiter Blue as slot position using British Hawk. 2015 would be tough but interesting. It would be some domestic displays and some international events, so don't miss it.
Saturday, October 25, 2014
TORA ! TORA ! TORA !
“Dermaga Ujung, The Pearl Harbor of Surabaya”
Pada hari itu boleh jadi dermaga ujung Surabaya luluh lantak oleh serangan udara yang dilancarkan oleh ratusan pesawat dari berbagai jenis mulai dari pesawat latih ringan, pesawat angkut, helikopter serta pesawat – pesawat tempur dari berbagai generasi. Namun kita harus bersyukur ternyata raungan ratusan pesawat yang melintas di atas dermaga ujung itu hanyalah bagian dari rangkaian upacara peringatan HUT TNI yang ke-69. Peristiwa bersejarah tanggal 7 oktober 2014 di Surabaya mengingatkan kita kembali akan serangan udara yang dilancarkan Jepang guna menghancurleburkan Pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat pada tanggal 7 Desember tahun 1941. Adapun Tora! Tora! Tora! Adalah kata sandi jepang yang mengindikasikan bahwa tujuan serangan telah tercapai, semua tertuang dalam film Tora ! Tora! Tora! yang di-release pada tanggal 23 september tahun 1970.
Peringatan HUT TNI yang ke-69 layak kita sejajarkan dengan serangan yang bersejarah tersebut, bagaimana tidak, dengan interval antara flight yang hanya berkisar 20 sampai 25 detik ratusan pesawat dari berbagai jenis yang diawaki oleh penerbang – penerbang dari TNI AU, AD dan AL mampu melintas dengan sangat rapi dan indah di hadapan para peserta upacara dan penonton di dermaga Ujung Surabaya. “Menghitamkan langit Surabaya” adalah misi dari unsur display udara pada peringatan HUT TNI kali ini. Seluruh alutsista TNI terbaru ditampilkan pada hari itu seperti pesawat T-50 Golden Eagle dan juga pesawat F-16 Viper yang baru kita beli dari USA.
Lain halnya dengan satuan – satuan lainnya, selain menerbangkan The Jupiters dan beberapa pesawat – pesawat terbarunya, Wing Pendidikan Terbang Lanud Adisutjipto juga menerbangkan pesawat vintage sang legenda yakni pesawat T-34 turbo mentor Charlie yang sudah uzur dan hampir memasuki masa pensiun. Tergabung dalam “Sierra Flight” yang terdiri dari 12 pesawat Grob yang terbagi menjadi dua flight masing – masing “Bravo Flight” dengan Leader Letkol Pnb Onesmus “Pecker” GRA dan “Delta Flight” dengan Leader Letkol Pnb Rizaldy “Herky” serta “Woong Bee Flight” yang terdiri dari 3 pesawat dengan Leader Mayor Pnb Putu “Colibri” Sucahyadi, 9 pesawat T-34 Charlie dengan Leader Mayor Pnb Sukarno “Walet” mampu membuat terpana para audience dengan suaranya yang khas mengingatkan akan serangan udara sekutu di era perang dunia kedua.
Emergency after Airborne
“Jupiter three oil press drop, request join to down wind !!” sekonyong – konyong suara dari Jupiter 3 Kapten Pnb Made “Raider” Yogi menghentak di ujung radio UHF sesaaat setelah lepas landas dari Lanud Adisutjipto “Jupiter 6 follow number three” sahut dari Mayor Pnb Romas “Condor” beberapa saat kemudian. Sesuai dengan briefing sebelum penerbangan jika terjadi fail pada salah satu pesawat maka Jupiter 6 yang harus menemani kembali ke home base. Momen tersebut terjadi saat The Jupiters, tim aerobatik kebanggaan bangsa Indonesia melaksanakan departure pada tanggal 28 September 2014 sesaat setelah Sierra dan Woong Bee flight airborne menuju Surabaya.
Mesin pesawat adalah buatan manusia yang dapat rusak sewaktu – waktu, sebelum penerbangan dilaksanakan semua pesawat sudah di check dan hasilnya semua layak untuk diterbangkan, namun kejadian tiba – tiba yang terjadi pada saat proses take off mengharuskan teknisi untuk bekerja dengan ekstra. Setelah mengganti oil filter dan oil transducer satu setengah jam kemudian kedua pesawat Woong Bee tersebut sudah mengudara kembali ke Surabaya dengan call sign “Condor flight” menyusul 32 pesawat yang sudah sampai lebih dahulu beberapa saat sebelumnya.
Langit Jombang yang Menggetarkan
“Robin, Robin…Kalong Flight “ “We are over Sidoarjo maintaining 6000 ft now prooceding to holding point” lamat – lamat suara calling dari rombongan si kuda sembrani Skadron Udara 2 terdengar di ujung radio. Beberapa saat kemudian tampak beberapa bintik hitam muncul dari arah kiri The Jupiters yang semakin lama semakin membesar, 7 pesawat angkut sedang berbaling – baling dua dengan gagahnya melintas di atas kiri The jupiters menuju ke holding point. Hampir setiap hari sesaat setelah melintasi Sidoarjo, Jupiter flight selalu bertemu dengan Kalong Flight, call sign dari 7 CN-295 Skadron Udara 2 yang take off dari lanud Abdurrahman Saleh, Malang. The Jupiters saat itu sedang terbang pada ketinggian 5000 ft menuju warming up area di atas kota Jombang.
Kota Jombang adalah sebuah kota kecil yang berada di sebelah barat agak ke selatan dari Surabaya, kota itu nampak sangat tenang dibalik beberapa berita negatif terkait kriminalitas yang menggemparkan publik kita beberapa waktu lalu. Ketenangan kota Jombang yang tampak dari atas jauh bebeda dengan kondisi langit di atasnya. Cuaca memang sangat cerah, kalaupun ada awan hanyalah awan – awan tipis biasa, namun ada hal lain yang cukup menggetarkan The Jupiters. Kegentaran itu berasal dari si “bumpy”, yakni aliran udara yang tidak rata yang mengakibatkan pergerakan pesawat tidak smooth bak kendaraan yang melaju diatas jalan yang tidak rata dan berlubang. Bumpy Jombang bukan bumpy biasa, The Jupiters kerap menghadapi bumpy saat melaksanakan latihan di Yogyakarta namun tidak sebesar bumpy Jombang. Selama melaksanakan warming up tidak jarang pesawat seperti disentak oleh kekuatan yang maha dahsyat sehingga para joki yang mengendalikannya mengeluarkan seluruh kemampuannya bagaikan pendekar pencak silat mengontrol stick dan rudder sehingga pesawat tetap pada posisinya. Tak ayal, butiran peluh sebesar butiran jagungpun meleleh membasahi sekujur tubuh pilot The Jupiters. “Lebih baik mandi peluh di medan latihan daripada mandi darah dalam pertempuran”, doktrin awal prajurit TNI saat melaksanakan basic training sangat pas sekali dengan kondisi ini, Panglima TNI Jenderal Moeldoko menyatakan bahwa peringatan HUT TNI ke-69 adalah “perangnya TNI” sehingga dengan semangat membara, para joki The Jupiters berusaha menaklukkan sang “bumpy” meski harus mengeluarkan seluruh kemampuan yang dimiliki.
Farewell Flight Jupiter 4 sang “Herky”
Ada hal yang menyedihkan bagi The Jupiters pada penampilan kali ini, Jupiter 4 Mayor Pnb Ari “Herky” Susiono harus kembali ke kesatuan awal yakni Skadron Udara 32 di Malang. Posisi Jupiter 4 selanjutnya akan diserahterimakan kepada Mayor Putu “Colibri” Sucahyadi. Display di dermaga ujung Surabaya ini menjadi farewell display bagi Mayor Ari Susiono yang telah bergabung selama kurang lebih satu tahun. Kiprahnya selama tergabung dalam The Jupiters selama satu tahun patut dibanggakan karena Mayor Ari adalah pilot transport pertama yang menjadi member dari Tim Aerobatik TNI AU. Selama kariernya sebagai Jupiter 4 Mayor Ari telah tampil beberapa kali baik di dalam negeri maupun juga luar negeri yakni Singapore air show dan Bridex di Brunei.
15 mile Critical Point
Formasi yang melibatkan ratusan pesawat berbagai jenis sangatlah beresiko tinggi, potensi terjadinya near collision antara berbagai macam pesawat yang berbeda performance, speed dan konfigurasi sangatlah mungkin terjadi. Begitu pula dengan Flight The Jupiters. Potensi near collision adalah dengan Foxtrot Flight, 44 pesawat fighter TNI AU yang airborne dari Madiun. Kemungkinan kedua flight bertemu tepat pada jarak 15 Nm final approach Dermaga Ujung. Untuk menghindari collision ini Leader The Jupiters “Mirage” melaksanakan komunikasi intensif dengan Leader “Foxtrot Flight”. “Foktrot flight dimana komandan? Dari tadi belum terdengar calling dan formasinya” “Iya saya juga belum lihat, calling terakhir tadi 20 nm, seharusnya sekarang ada di bawah kita” Sahut Mirage tepat di point 15 Nm. Semua member mencari – cari dan melihat ke arah kiri depan namun obyek yang diharapkan muncul tidak tampak. Setengah menit kemudian terdengar suara di ujung radio 270.0 Khz “Foxtrot Flight Final”…Alhamdulillah ternyata Foxtrot flight sudah berada di depan The Jupiters. Rupanya Foxtrot flight muncul dari arah belakang, bukannya dari arah kiri seperti yang terjadi selama pelaksanaan geladi. Crital point sudah dilewati namun display sebenarnya baru saja akan dimulai.
12 Menit yang Memukau
Durasi paket display The jupiters biasanya adalah 18 menit namun ada special request untuk display di Dermaga Ujung Surabaya kali ini yakni hanya 12 menit dikarenakan waktu yang sangat terbatas. Letkol Pnb Feri “Mirage” Yunaldi memutuskan tidak akan merubah maneuver yang sudah diilatihkan dengan pertimbangan safety namun untuk mengakomodir waktu display yang dipersempit, beberapa maneuver dipotong sehingga waktu display menjadi lebih singkat.
Tim yang diperkuat 6 Instruktur penerbang yakni Letkol Feri ‘Mirage” Yunaldi sebagai Jupiter 1, Kapten Idham “Godham” Satria sebagai Jupiter 2, Kapten pnb Made “Raider” Yogi sebagai Jupiter 3, Mayor pnb Ari “Herky” Susiono sebagai Jupiter 4 , Mayor pnb Sri “Martin” Raharjo sebagai Jupiter 5 dan Mayor pnb Romas “Condor” mampu menampilkan display yang cukup spektakuler, terutama bagi warga Surabaya yang baru kali ini menyaksikan aksi The Jupiters. Ternyata “Bumpy” di atas kota Jombang berhasil menempa keenam pilot ini, semua maneuver dapat dilaksanakan dengan baik dengan dukungan cuaca yang cerah serta aliran angin yang merata.
Pada penampilan ini, the Jupiters juga mencoba Smoke Generating System (SGS) yang baru,kontainer plastik yang lama digantikan dengan kontainer aluminium yang kapasitasnya lebih banyak. Alhasil, smoke yang dihasilkanpun lebih tebal dari biasanya sehingga mempercantik maneuver yang dilakukan. 12 menit sangatlah singkat, namun penampilan The Jupiters sebagai salah satu komponen TNI sangat memuaskan, “ Bersama Rakyat TNI kuat dan bersama TNI Rakyat kuat”.
Sunday, September 28, 2014
Menari di rimba beton
MENARI DI ANTARA PENCAKAR LANGIT DAN RIMBA BETON
Melakukan manuver ekstrim dan berbahaya bukanlah sesuatu hal yang baru bagi tim aerobatik sekelas The Jupiters. Tim aerobatik kebanggaan rakyat Indonesia yang merupakan "The Ambassador In the Sky" dari Republik ini telah melanglang buana ke beberapa negara mancanegara dalam rangka menunjukkan kemampuannya melaksanakan berbagai macam manuver aerobatik yang sangat berbahaya namun sangat menawan hati. Beberapa negara tetangga yang pernah disinggahi tim aerobatik ini diantaranya negeri gajah putih Thailand, negeri jiran Malaysia, Brunei Darussalam dan yang terakhir adalah Singapura.
Namun saratnya pengalaman melaksanakan display aerobatik di berbagai tempat tersebut tidak dapat mengurangi rasa gentar saat tim ini dihadapkan pada medan dan area display yang jauh berbeda dengan medan-medan sebelumnya. Kali ini para instruktur penerbang Lanud Adisutjipto tersebut harus menaklukkan pencakar - pencakar langit Jakarta. Tak ubahnya rimba beton, gedung- gedung pencakar langit Jakarta siap menjadi perangkap pembunuh yang paling ampuh apabila display dan manuver aerobatik dilaksanakan dengan asal-asalan tanpa perhitungan yang matang.
Tepat pada pukul 07.30 tanggal 31 Agustus 2014 yang lalu, The Jupiters menggebrak Jakarta dan menari di atas Monumen Nasional Indonesia Jakarta selama delapan belas menit menghibur warga Jakarta yang datang untuk memeriahkan acara Independence Day Run 2014. Seperti biasanya The Jupiters sukses menghipnotis warga Jakarta dengan manuver-manuver cantik dan berbahayanya. Dari puluhan ribu warga Jakarta yang hadir pada saat itu sebagian besar kemungkinan belum pernah menyaksikan display The Jupiters karena memang tim aerobatik ini sebagian besar melaksanakan displaynya di Pangkalan-Pangkalan TNI AU yang akses masuknya terbatas. Bagi yang pertama kali menyaksikan tentu saja pertunjukan ini menjadi sesuatu hal yang sangat luat biasa sekali. Mereka yang biasanya hanya melihat pesawat terbang datar dan lurus menjadi ternganga karena pesawat KT 1 B Woong Bee yang dipiloti para Jupiters ini mampu terbang menanjak, terbalik dan meliuk-liuk bak penari ular, tidak hanya sendiri namun secara bersama-sama enam pesawat sekaligus.
Penampilan yang sangat luar biasa dari The Jupiters ini bukanlah tanpa perjuangan dan latihan keras. Menyadari bahwa area display kali ini bukanlah medan datar yang luas seperti area-area display sebelumnya, The Jupiters melaksanakan penerbangan survey pada hari pertama latihan di Monas. Survey atau yang lebih dikenal dengan penerbangan "Familiarization Flight" dilakukan dengan menerbangkan tiga pesawat KT 1 B yang diawaki oleh enam pilot "The Jupiters" saat ini yakni Letkol Pnb Feri "Mirage" Yunaldi sebagai leader, Kapten Pnb Idham "Godham" Satria sebagai right wingman, Kapten Pnb Made "Raider" Yogi sebagai left wingman, Mayor Pnb Ari "herky" Susiono pada posisi slot, Mayor Pnb Sri "Martin" Rahardjo sebagai lead synchro serta Mayor Pnb Romas "Condor" yang saat ini terbang sebagai Synchro. Saat sampai di Monas untuk pertama kalinya, darah berdesir ke seluruh tubuh para Jupiters menyaksikan gedung - gedung pencakar langit di sekitar Monas yang berdiri tegak membisu menyambut kedatangan "The Jupiters". Obstacle lain yang tidak kalah berbahayanya adalah antena -antena tinggi yang terpancang kokoh diatas gedung -gedung tersebut, cuaca haze yakni kabut tipis yang dikarenakan polisi udara Jakarta mengurangi jarak pandang pilot terhadap obstacle - obstacle tersebut. Sedikit kelengahan dapat berakibat sangat fatal, pesawat bisa menabrak gedung ataupun antenna yang ketinggiannya sangat bervariasi. Oleh karena itu Familiarization Flight menjadi sesuatu hal yang sangat penting bagi The Jupiters. Setelah terbang berputar-putar selama kurang lebih 30 menit di atas Monas san sekitarnya, "Mirage"" sang leader menentukan ketinggian minimum saat melaksanakan seluruh manuver adalah 1200 ft. Altitude ini lebih tinggi dari altitude display biasanya, namun semua beban tanggung jawab pelaksanaan display ada di pundak sang leader. Leader dalam hal ini harus mampu melaksanakan "Risk Assessement" yakni mengkalkulasi resiko yang dihadapi dibandingkan dengan kemampuan pilot, pesawat dan kondisi cuaca pada area display. Berdasarkan Risk Assessement itulah maka leader memutuskan altitude minimum saat display di Monas adalah 1200 ft.
Alah bisa karena biasa, semakin sering sesuatu dilakukan maka semakin "confident" atau percaya diri orang yang melakukannya. Begitu pula dengan The Jupiters, latihan yang dilaksanakan setiap hari di atas Monas semakin menambah kepercayaan diri dari seriap pilot Jupiters, para member semakin hafal "contour" dan "obstacle" di sekitar monas sehingga rasa gentar yang dirasakan saat pertama kalinya bermanuver di dalam rimba beton berangsur-angsur sirna seiring dengan bertambahnya waktu. Kepercayaan diri yang tinggi ini terlihat pada penampilan "The Jupiters" di hari H. Dengan dipandu jupiter 7 Kapten Pnb Anwar "Weasell" Sovie display The Ambassador in the sky pada hari itu sukses luar biasa. The Jupiters mendapatkan sambutan yang sangat positif dari warga Jakarta yang menyaksikan secara langsung dari Monas maupun rakyat Indonesia yang hanya bisa menyaksikan melalui layar kaca. Bahkan, sehari setelah display seluruh anggota tim dipanggil untuk menghadap langsung kepada Panglima TNi Jenderal TNI Moeldoko untuk menerima apresiasi atas prestasi yang telah ditorehkan selama ini. Panglima TNI merasa terpanggil untuk memberikan apresiasi karena tim aerobatik Indonesia ini telah beberapa kali tampil di luar negeri san mendapatkan sambutan positif dari para panglima tentara negara sahabat.
Pada display di Monas ini, selain tim inti Jupiters, turut serta pula Komandan Lanud Adisutjipto Marsma TNI Agus Munandar, Komandan Wingdik Terbang Kolonel Pnb Ign. Wahyu Anggono, serta beberapa instruktur penerbang sebagai backseater, safety officer dan duty VCP. Kerjasama tim yang kompal dan harmonis mampu menghantarkan The Jupiters menaklukkan pencakar langit dan Rimba beton Jakarta. Pengalaman berharga ino semakin mematangkan skill dari Instruktur- instrukrur kebanggaan TNI Angkatan Udara ini.
Ferry Flight to Juanda Airport of Surabaya
Today has become a great history for The Jupiter since we had an extraordinary formation flight that consist of 34 ships. The purpose of this ferry flight is to bring all the serviceable aircrafts to Juanda airport of Surabaya for commemorating the 69th Indonesian Military anniversary.
The formation was devided into several flights such as Woong Bee, Jupiter, Charlie, Mentor, Delta as well as Bravo and Condor Flight. These set up based on safety requirement for navigation flying. Due to safety reason, it is easier to handle emergency situation whether an actual emergency related to the technical problem or bad weather.
Today we had a small problem,Jupiter 3 piloted by Made "Yogi" Raider had an oil pressure problem, the oil pressure fluctuated from red bar to yellow bar. He decided to land right after realizing the problem. Jupiter 6, Major Romas "condor" as KT-1 test pilot assisted Jupiter 3 to land at Adisutjipto AFB. It took about an hour to fix the problem. At 10.30 the problem was recovered and those two aircrafts continue flying to Surabaya.
Wednesday, September 10, 2014
LIMA 2013
Sebagai salah satu team yang mulai diperhitungkan dalam dunia aerobatic, The Jupiters diundang secara resmi oleh pemerintah Malaysia untuk memeriahkan salah satu event bergengsi di Malysia yakni LIMA 2013 (Langkawi International Maritime and Aerospace Exhibition) yang diselenggarakan mulai tanggal 26 Maret - 30 Maret 2013 di Pulau Langkawi Malaysia.
Pada tanggal 26 Maret pukul 08.00 pagi waktu Langkawi, dilaksanakan acara pembukaan yang dihadiri oleh para menteri pertahanan dan petinggi militer dari berbagai negara peserta exhibition. Pada kesempatan tersebut nampak hadir Bapak menteri Pertahanan Republik Indonesia, Purnomo Yusgiantoro yang beberapa hari sebelumnya melepas tim Jupiter di Lanud Halim Perdanakusuma. Tak ketinggalan pula KSAU Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia beserta staf.
Event LIMA 2013 ini menampilkan beberapa display baik statik maupun dinamik. Dynamic display yang ditampilkan pada event bergengsi Asia Tenggara ini antara lain berasal dari Lokal Malaysia seperti Smokey Bandit Mig 29, Solo manouver SU 30 MKM, dan tentu saja tak ketinggalan tim aerobatik sipil teranyar mereka Keris Sakti yang diterbangkan oleh exs Pilot MIG RMAF. Sedangkan peserta tamu dari Luar adalah Jupiter Aerobatic Team Indonesia, Solo aerobatik Gripen Royal Thai Air Force, Solo aerobatik RAF Eurofighter Typhoon, solo aerobatik France Air Force dengan Rafale Dassault-nya, US Air Force dengan C-17 Globe Master-nya.
Sunday, July 13, 2014
Flying to bandung
Bandung is famous as the city of Paris van Java since it becomes the center of mode of Indonesia. But only few Indonesians know Bandung as center of some maintenance depo of Indonesian Air Force. Several Indonesian Air Force aircrafts are doing their regular major maintenance program in Bandung such as C-130, CN-235, Boeing ,Puma as well as super Puma and training aircraft from Jogja like KT 1 B Woong Bee, T-34 Charlie and AS 202 Bravo.
On July 11th, one KT 1 B has just finished major maintenance program at 11th maintenance unit at Husein Sastranegara AFB. The aircraft should be taken back to Adisutjipto AFB therefore Adisutjipto AFB commander sent two pilots to Bandung to take the Aircraft, They are Major Marcell "Liger" and Major Romas "condor".
Both pilots took off from Jogja at around 10.30 AM local time using one KT 1 B Woong Bee registered LD 0117. The weather on route was quite good. They flew just above the cloud at 9000 ft. The flight time was about 55 minutes, they landed at Husein Sastranegara AFB at 11.25.
It was not so long to wait the aircraft to be ready. LD 0108 only need to be ground checked just to make sure that every system working properly before it is flown to Jogja. At 15.32 Liger flight took off to Jogja. The weather was quite bad for ferry flight. The cloud was broken 10.000 ft above Malangbong, the city on radial 117 at about 25 miles from Bandung. Fortunately during that flight there were some holes in the sky , giving a safe road for Liger flight for going back to Jogja. The flight finally landed safely at 16.30 at Adisutjipto AFB.
On July 11th, one KT 1 B has just finished major maintenance program at 11th maintenance unit at Husein Sastranegara AFB. The aircraft should be taken back to Adisutjipto AFB therefore Adisutjipto AFB commander sent two pilots to Bandung to take the Aircraft, They are Major Marcell "Liger" and Major Romas "condor".
Both pilots took off from Jogja at around 10.30 AM local time using one KT 1 B Woong Bee registered LD 0117. The weather on route was quite good. They flew just above the cloud at 9000 ft. The flight time was about 55 minutes, they landed at Husein Sastranegara AFB at 11.25.
It was not so long to wait the aircraft to be ready. LD 0108 only need to be ground checked just to make sure that every system working properly before it is flown to Jogja. At 15.32 Liger flight took off to Jogja. The weather was quite bad for ferry flight. The cloud was broken 10.000 ft above Malangbong, the city on radial 117 at about 25 miles from Bandung. Fortunately during that flight there were some holes in the sky , giving a safe road for Liger flight for going back to Jogja. The flight finally landed safely at 16.30 at Adisutjipto AFB.
Saturday, July 12, 2014
The Wingtip
Three years old is too young for children. In United States the kids with that age are mandatory to be put at day care center. But for The world class Aerobatic Team like The Jupiters, that age is mature enough to perform an excellent maneuver
s. The team has been conducting some displays and shows at multiple places within country or abroad. Some international events have become a fixed display program for them such as Singapore Air Show in Singapore, Langkawi International Maritime and Aerospace (LIMA) exhibition in Malaysia and BRIDEX in Brunei. The involvement at world class exhibitions have brought self confidence in The team. They believe that they can compete with other countries that have started establishing their team long before The Jupiters.
s. The team has been conducting some displays and shows at multiple places within country or abroad. Some international events have become a fixed display program for them such as Singapore Air Show in Singapore, Langkawi International Maritime and Aerospace (LIMA) exhibition in Malaysia and BRIDEX in Brunei. The involvement at world class exhibitions have brought self confidence in The team. They believe that they can compete with other countries that have started establishing their team long before The Jupiters.
The team realize that they should maintain this prestige as the Indonesian ambassador in the sky by keeping the team quality. The biggest problem for the team is regeneration. Since the team is military, it is impossible to keep all the team members, all the members should be promoted for higher occupation and higher rank. They need to obtain further professional military educations which are needed for future military missions. It takes sometime to replace their position in the team with the new pilots. New pilots have to conduct long and hard training program using an established syllabus.
The team does not have any other option and this become preasure to the commander or team leader. New members should be ready before the next display. For the upcoming October 5th display that commemorate the Indonesian Armed Forces celebration, The Jupiters has prepared some replacement to the team. Noumber 2 position that previously flown by Capt Ripdho "Mohawk" will be replace by Capt Idham "Godam". Furthermore, Capt Made Yogi is going to replace Capt Apri "Cheetah" Afrianto as Number 3 pilot. Other than that, Maj Marcell "liger" has to go to China for obtaining Air Command and Staff College therefore his position will be occupied by Maj Romas "Condor" who just come back from United States. These pilots should ready to perform at least in September 2014 in order to succeed the celebration.
Another team's preparation is enhancing the smoke producer capability. During the previous display, the performance was not optimal because the smoke was not thick enough to attract the spectators. Now the maintanance line is trying to enhance the capability by making bigger compartement for the smoke oil and putting an additive chemical to color the smoke. Perhaps on the next display the performance would be more interesting. For all fans just wait and see their performance on 5th of October 2014 in Surabaya, don't miss it.
Another team's preparation is enhancing the smoke producer capability. During the previous display, the performance was not optimal because the smoke was not thick enough to attract the spectators. Now the maintanance line is trying to enhance the capability by making bigger compartement for the smoke oil and putting an additive chemical to color the smoke. Perhaps on the next display the performance would be more interesting. For all fans just wait and see their performance on 5th of October 2014 in Surabaya, don't miss it.
Subscribe to:
Posts (Atom)